Nasi Campur dan Kari Ayam Lay-Lay Singapore, Gedung Chandra Petak Sembilan

Sebagai seorang anak kelahiran tahun 90-an, memang sedikit unik kalau saya gemar menyambangi daerah Petak Sembilan dan Glodok. Tempatnya tidak fancy, barang-barang yang dijual pun barang-barang kuno. Para opa dan encim nongkrong di sana. Petak Sembilan memang tempat yang bersejarah dan terkenal di kalangan “tua”. Jika anda bersuku Tionghoa, saya rasa orang tua anda pasti mengetahui tempat ini.

Petak Sembilan adalah tempat yang penuh dengan kenangan dan sejarah. Gedung Gloria sudah terbakar habis pada tahun 2009, meskipun Gang Gloria – yang terkenal dengan kulinernya – masih ada dan masih sering didatangi orang-orang. Bioskop-bioskop yang pernah ada di sana kini sudah tutup semua, mungkin kalah dengan XXI dan Blitz. Tapi, nostalgia dan nuansa klasik masih bisa kita temui di sini.

Mari beralih dari masa lalu. Di Petak Sembilan, terdapat sebuah gedung perbelanjaan yang bernama Chandra. Gedung ini merepresentasikan mall pada zaman dulu: ber-AC, ada toilet, ada pusat permainan, ada bioskop (meski sudah tutup), dan ada banyak macam barang yang dijual. Toko manisan Jap Heng Lay yang berada di lantai dasar merupakan pindahan dari Gedung Gloria yang terbakar. Atau toko sepatu Bata yang pernah menjadi langganan orang tua untuk sepatu sekolah saya. Di pusat permainannya sendiri, kita masih bisa menemukan mesin arcade (ding-dong) dengan permainan-permainan zaman dulu: Street Fighter II, Marvel Superheroes, X-Men vs Street Fighter, Metal Slug, Shanghai Mahjong, dan sebagainya. Karena saya adalah pemain ding-dong pada masa-masa SD, bermain di sini membawa nuansa nostalgia yang luar biasa.

Mari kita membahas soal makanan. Di dalam gedung ini setidaknya ada dua toko roti, salah satunya adalah Top Bread yang berada di depan. Ada juga Es Teler 77 di lantai dasar. Di depannya, ada A&W. Sesuatu yang unik, di gedung ini ada 2 food court, di lantai dasar/satu dan di lantai 2. Makanan yang dijual tidak jauh-jauh dari kuliner fusion antara Indonesia dan China: nasi campur, kari ayam, masakan tio ciu, empek-empek, dan lain-lainnya. Mampir ke food court lantai 2, masih bisa ditemukan peralatan karaoke jadul dengan TV tabung dan lagu-lagu Mandarin 70-80an (beberapa lagunya saya hafal, karena ayah saya memiliki perangkat karaoke di rumah). Jangan kaget, opa-opa di sini masih antusias untuk karaoke meskipun peralatannya sudah jadul. Jika berminat, kita juga bisa ikut berkaraoke ria dengan membayar sejumlah biaya kepada sang operator.

Ada beberapa tempat makan yang enak di food court gedung Chandra, tapi kali ini saya akan membahas salah satu saja. Saya mencoba kedai Lay-Lay di food court lt.1. Lay-Lay sendiri berasal dari Bahasa Mandarin “Lai” yang berarti “datang” atau “sini”, jadi maksudnya Lay-Lay adalah “sini-sini (mampir)”. Dengan embel-embel Singapore, menu andalan Lay-Lay adalah kari ayam dan nasi campur.

Mari kita mulai dari nasi campur. Dengan harga Rp35.000 untuk nasi campur komplit, saya mendapatkan sepiring nasi hainam (bisa diganti dengan nasi putih), kuah sayur asin, dan sepiring daging campur. Nasi hainamnya pulen dan harum, standar nasi hainam kelas restoran. Daging campurnya terdiri dari bebek panggang, ayam panggang, babi asin panggang, ayam rebus, ngohiong, telur kecap, dan sate babi. Semuanya disajikan dalam 1 piring terpisah dengan siraman saus manis dan taburan bawang putih goreng, lengkap dengan seiris jeruk nipis yang dapat kita peras. Babi asinnya garing seperti umumnya, tetapi lemaknya sedikit berlebih. Bebek panggangnya enak, empuk, meskipun masih kalah dengan bebek panggang Sedap Wangi yang sudah melegendaris. Ayam panggangnya unik, dimasak ala bebek Peking, rasanya empuk gurih. Ngohiongnya enak, tapi saya kurang setuju untuk menyebutnya ngohiong karena rasanya kurang berempah (ngohiong sendiri artinya lima rempah), mungkin lebih cocok disebut dengan rolade babi. Sate babinya jempolan, dagingnya tebal dan empuk, nyaris tidak ada potongan lemak! Ditemani dengan dua macam saus di piring yang terpisah: saus sambal manis dan saus plum, rasanya enak gila!



Tidak lupa saya coba menu lainnya, kari ayam. Disajikan dengan bihun atau nasi. Bihunnya adalah bihun ala Medan, tebal dan kenyal. Disajikan dengan potongan kentang, daging ayam, dan jerohan ayam (darah). Gayanya mirip sekali dengan Kari Lam, bedanya Kari Lam mengklaim sebagai kari ayam Medan sedangkan Lay-Lay mengklaim sebagai kari ayam Singapur. Rasanya? Karinya ringan seperti Kari Lam, hanya saja kari Lay-Lay lebih “milky” dan kurang berempah dibandingkan Kari Lam. Porsinya cukup besar, mungkin bagi beberapa orang harus berdua untuk menghabiskannya.


Nasi campur komplit dan kari ayam sama-sama dihargai Rp35.000 per porsi. Bagi anda yang penasaran, silakan mampir saja ke sini:

Lay-Lay Singapore
Chandra Building, Lt. Dasar
Jl. Pancoran No 33 - 35, Kota
Jakarta Barat, 11120

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sakura Anpan, "Modern Bakery" Zaman Babeh Kite

Gado-Gado/Asinan CiKiNi dengan Lontong Gap Go Meh Terenak di Jakarta!

Nasi Ulam dari Warung Bu Yoyo, Otentik Betawi