Gado-Gado/Asinan CiKiNi dengan Lontong Gap Go Meh Terenak di Jakarta!
Iseng-iseng googling dengan kata kunci "lontong cap gomeh Jakarta", saya menemukan arsip sebuah milis yang membahas mengenai tempat makan lontong cap gomeh enak di Jakarta. Sejauh yang saya tahu, lontong cap gomeh di Gang Gloria (Pancoran Glodok) merupakan lontong cap gomeh yang paling populer, tapi di milis tersebut tidak disebut. Diskusi pada milis tersebut justru merekomendasikan menu lontong cap gomeh di rumah makan Gado-Gado/Asinan Cikini di Cikini IV.
Lokasinya berada di samping Gado-Gado Bon Bin. Pertama kali saya mengunjungi Gado-Gado Bon Bin, saya hampir salah masuk mengira Gado-Gado/Asinan Cikini sebagai Gado-Gado Bon Bin, karena tempatnya tepat bersebelahan dan menjual menu yang hampir sama persis. Sama-sama menjual gado-gado, asinan, dan lontong cap go meh. Hanya saja, Bon Bin lebih terkenal dengan gado-gadonya, sedangkan rumah makan Cikini sedikit kalah pamor.
Cara mengenalinya sangat mudah; dari jauh, anda bisa menemukan plang kecil bertuliskan "Gado-Gado & Asinan CiKiNi", tepat di depan rumah makan tersebut ada plang besar bertuliskan "Gado-Gado/Asinan Kebon Binatang". Dulu daerah ini diberi nama Jl. Kebon Binatang, karena pada saat itu kebun binatang masih berada di sana. Setelah kebun binatang dipindahkan ke Ragunan, barulah nama jalan tersebut berubah menjadi Jl. Cikini. Maka jangan heran, di rumah makan ini masih dituliskan Jl. Kebon Binatang pada plangnya.
Saya mampir bersama adik saya pada jam 1 siang. Saat itu rumah makan Gado-Gado/Asinan Cikini sedang tidak ada pengunjung, karena memang jam ramai baru saja lewat. Seorang nenek berusia kisaran 80 tahun sedang duduk menunggu pelanggan. Orangnya ramah, murah senyum dan mau diajak ngobrol. Saya memesan seporsi lontong cap go meh dan asinan Betawi. Karena saat itu cuaca sedang panas, tak lupa saya memesan es campur shanghai untuk memadamkan dahaga. Nenek tersebut kemudian berteriak ke arah dalam. Keluarlah seorang ibu-ibu berusia 40-50an tahun, saya duga merupakan pelayan di sana. Setelah mengonfirmasi pesanan saya, ia pun segera meracik lontong cap go meh dan asinan di etalase depan rumah makan.
Tidak butuh lebih dari 10 menit untuk menyiapkan kedua menu pesanan saya. Seporsi lontong cap go meh tersaji hangat di depan mata. Lontong cap go meh merupakan hidangan hasil perkawinan antara budaya Indonesia dan Tionghoa. Kata "cap go meh" sendiri dalam Bahasa Hokkian berarti "malam ke-15", merujuk kepada 15 hari setelah perayaan Imlek, ketika sajian ini dihidangkan dan disantap sekeluarga. Tapi kini lontong cap go meh bisa disantap kapan saja, tidak perlu menunggu 15 hari setelah Imlek lagi.
Lontong cap go meh di sini tergolong lengkap dan mewah. Potongan lontong dan kering tempe disajikan bersama acar timun dan wortel, disiram dengan kuah rempah berisi irisan labu siam dan sepotong paha ayam rebus, kemudian dilengkapi dengan telur pindang beserta rendang sapi dengan dedak rendang yang berlimpah. Ditaburi dengan bawang goreng dan emping goreng, wuiiih... komplit dan harmonis!
Saya mengacungi keempat jempol saya untuk lontong cap go meh di sini! Kuahnya harum, gurih, dan rasanya kuat; tetapi tidak berlebihan sehingga tidak bikin eneg. Seimbang dari segi bumbu dan bahan. Rempahnya pas, santannya pas, gurihnya pas. Peracik kuah lontong ini patut dipuji. Lontongnya juga lembut dan empuk. Sesekali tekstur renyah dengan rasa manis muncul akibat acar timun dan wortel yang ikut meramaikan rongga mulut, enak banget. Daging ayamnya berlimpah, sepertinya menggunakan daging ayam kampung sehingga teksturnya empuk sekali. Rendangnya juga empuk, dengan dedak rendang yang berlimpah melengkapi kenikmatan sajian ini. Alamak, enaknya...
Asinannya sendiri merupakan asinan ala Betawi. Ada dua macam asinan, yaitu asinan buah dan asinan sayur. Asinan buah lebih dikenal dengan asinan bogor, biasanya dari buah-buahan eksotis seperti mangga, kedondong, dan bengkuang yang dijadikan acar sehingga rasa dominannya justru manis asam. Asinan sayur, lebih dikenal dengan asinan Betawi, justru lebih dekat dengan gado-gado dan ketoprak. Isinya adalah irisan sayuran yang diacar, kemudian disiram dengan bumbu kacang. Di sini, sayuran yang digunakan adalah kol, tauge, sawi asin, dan ketimun. Ditaburi dengan kacang tanah goreng, lalu disiram dengan kuah cuka dan kuah bumbu kacang. Dilengkapi dengan kerupuk mie kuning. Rasanya manis-asin-asam-gurih dan segar!
Tidak lupa dengan hidangan penutup. Es campur shanghai pada dasarnya sama dengan es campur pada umumnya, berisikan nangka, cincau hitam, cendol berwarna pink (dari tepung hunkwee), kolang-kaling, kemudian ditutupi dengan es serut dan disiram dengan sirup berwarna pink. Supaya lebih nikmat lagi, susu kental manis juga ditambahkan mendampingi kucuran sirup. Rasanya segar dan sukses memadamkan dahaga di tengah terik panas kota Jakarta.
Secara keseluruhan, saya dan adik saya setuju menjuluki lontong cap go meh di sini sebagai best in town, terbaik yang pernah kami santap di Jakarta. Asinannya juga enak, tetapi masih belum pas untuk disebut istimewa.
Soal harga? Jangan kaget. Lontong cap go meh dihargai Rp36.000 seporsi. Mahal? Relatif, karena menurut saya porsinya tergolong mewah dengan paha ayam, daging rendang, dan telur pindang. Asinan Betawi dihargai Rp22.000 dan Es Shanghai dihargai Rp17.000. Harganya sedikit di atas rata-rata, tapi sepadan dengan rasanya. Saya berani merekomendasikan anda untuk mencicipi lontong cap go meh di sini. Saya pastikan saya akan mampir kembali untuk menikmati lontong cap go meh terbaik di Jakarta ini.
Gado-Gado/Asinan Cikini
(d/h Kebon Binatang)
Jl. Cikini IV no. 4
Jakarta Pusat
Buka dari pagi - sore
Komentar
Posting Komentar