Bubur Kacang Hijau Petak Sembilan

Lagi-lagi saya terpengaruh oleh tulisan orang lain di internet. Membaca "Konspirasi Bubur Kacang Hijau" yang pernah di-post di milis Jalansutra pada tahun 2009 silam, membuat saya kembali penasaran. Lokasinya di Petak Sembilan.

Seperti biasa, di hari Sabtu pagi saya berangkat ke Petak Sembilan, mencari warung bubur kacang hijau tersebut berada. Berdasarkan panduan di milis Jalansutra, warung tersebut tidak memasang plang apapun di depannya. Patokannya adalah masuk ke gang Petak Sembilan dari arah Glodok, warungnya terletak di sebelah kanan sebelum pasar. Di depannya ada gerobak bektim. Nyatanya, patokan tersebut tidak berhasil membuat saya menemukan lokasi warung tersebut. Tidak ada gerobak bektim sebelum pasar.

Ternyata ini toko yang dimaksud. Karena silau, fotonya jadi buram.
Inisiatif untuk bertanya muncul. Saya menebak-nebak, kira-kira toko yang mana yang berkemungkinan besar adalah warung bubur kacang tersebut. Sebuah toko kue yang sudah tua pun saya masuki, sambil bertanya, "Di sini ya jual bubur kacang hijau?". Dengan senyum ramah, penjaga toko wanita yang saya tebak berusia sekitar 50-an tahun menjawab "Iya betul, betul. Mau di sini atau bungkus?" Setelah saya menjawab ingin makan di sini, saya langsung ditawari masuk dan duduk. Pelayan tersebut masuk ke dapur.

Sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa warung ini menjual bubur kacang hijau yang cukup terkenal di dunia maya. Tidak ada plang sama sekali, tidak ada nama toko. Di dalam toko pun hanya ada satu meja cukup besar dengan kursi merah plastik. Meja tersebut muat untuk sekitar 6 orang. Di sekeliling ruangan terpampang poster-poster kuno ala Shang Hai, beserta perabotan-perabotan kuno. Pantas saja saya kesulitan menemukannya, untung saya coba-coba bertanya.


Segelas bubur kacang hijau dingin pun tersaji di atas meja. Sebelumnya memang saya sempat ditanyakan, ingin bubur kacang hijau panas atau dingin. Sebenarnya saya lebih suka bubur kacang hijau panas, tapi entah mengapa saat itu saya spontan menjawab dingin. Tampilannya memang biasa saja, segelas bubur kacang hijau dengan es batu, kemudian di atasnya disiram santan. "Mau makan apa Ko, ada kue." Tawar sang penjaga toko. Karena saya sedang tidak berminat makan apapun, saya hanya menggelengkan kepala.

Saya setuju untuk menilai bubur kacang hijau ini dengan kategori enak. Butiran kacang hijaunya sudah terbelah dua, tetapi masih utuh. Begitu digigit, langsung hancur dan menyatu dengan kuah santannya. Rasanya agak kemanisan, tapi masih bisa ditoleransi. Satu hal yang membedakan dengan bubur kacang hijau di tempat lain, bubur kacang hijau di sini lebih harum. Saya duga berasal dari vanili yang dicampurkan ke dalam.

Saya juga pernah membaca di internet bahwa di Petak Sembilan, terdapat toko kue yang menjual es cendol berwarna coklat. Saya jadi terpikir, jangan-jangan toko kue ini yang dimaksud. Saya pun bertanya lagi, "ada jual es cendol, Mbak?" "Ada, mau?" Saya pun meminta dibungkuskan pulang.

Es cendolnya memang unik. Jika cendol biasanya berwarna hijau, di sini berwarna coklat. Dari informasi yang saya dapatkan, awalnya cendol di sini berwarna hijau dari daun suji. Tetapi sang penjual kerepotan untuk mengambil ekstrak dari daun suji, sehingga akhirnya dia membuat cendol dengan campuran bubuk coklat saja. Jadilah cendol coklat. Disajikan dengan santan kemudian disiram dengan gula aren. Segar sekali.

Harganya? Satu porsi bubur kacang hijau Rp12.000, demikian juga dengan es cendolnya. Anda bisa datang ke sini dari pagi hingga sore hari, sambil mencicipi kue ala jajanan pasar. Satu hal yang saya catat di sini, penjaga tokonya ramah sekali.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sakura Anpan, "Modern Bakery" Zaman Babeh Kite

Gado-Gado/Asinan CiKiNi dengan Lontong Gap Go Meh Terenak di Jakarta!

Nasi Ulam dari Warung Bu Yoyo, Otentik Betawi