Nasi Tim Ango, Terbaik di Indonesia?
Terpengaruh oleh tulisan Bapak Bondan Winarno bahwa nasi tim A Ngo bisa disebut sebagai nasi tim terenak di Indonesia, saya menjadi penasaran. Beberapa kali saya mencoba mampir ke Gang Gloria untuk mencari nasi tim A Ngo, tapi hasilnya tidak pernah memuaskan. Saya pikir mungkin sudah tidak jualan, karena kabarnya A Ngo sudah tua dan jarang berjualan. Tak disangka, Sabtu pagi saat saya sedang iseng-iseng mengelilingi daerah Petak Sembilan, saya melihat nasi tim A Ngo sedang berjualan.
Tempatnya tepat di samping soto Betawi Afung yang pernah saya review di sini. Tempat jualannya biasa, bukan ruko, bukan rumah makan, atau di foodcourt. A Ngo hanya berjualan dengan gerobak di pinggir gang saja, dengan sebuah meja di sampingnya, dan bak tempat cuci piring di belakangnya. Sederhana sekali. Dalam hati saya terheran, inikah nasi tim yang sempat dipuji-puji oleh Pak Bondan dan Pak William Wongso?
Saya pun mengambil tempat duduk tepat di samping gerobak, dekat dengan A Ngo yang sedang duduk sambil membaca koran Berbahasa Mandarin. Melihat saya duduk dan memesan sepiring nasi tim untuk dimakan di tempat, ia langsung bangkit dan menyiapkannya. Ia juga berkata saya dapat duduk di foodcourt di samping jika ingin tempat yang lebih luas dan nyaman, nanti akan diantarkan. Tapi saya tetap ngotot duduk di sana saja. Sepiring nasi tim pun disajikan. Awalnya saya agak kaget, karena penyajiannya ternyata berbeda dengan nasi tim yang biasa saya temui di tempat lain. Jika biasanya nasi tim adalah nasi yang dicetak di mangkuk sehingga saat disajikan berbentuk bulat pipih, nasi tim A Ngo sedikit berbeda. Masih berbentuk bulat karena dicetak di mangkuk, tetapi agak berantakan, meski tetap terlihat nikmat. Toppingnya berupa tumisan daging ayam, uniknya bukan ayam dimasak kecap yang berwarna coklat kehitaman seperti nasi tim pada umumnya. Ango memasaknya dengan cara yang berbeda. Uniknya lagi, nasi tim A Ngo disiram dengan kuah kental berwarna bening, sehingga sedikit mirip nasi campur. Kemudian ditaburkan daun yan sui (parsley China/cilantro). Disajikan juga acar bersiram sambal dan semangkuk kuah yang disajikan terpisah.
Daging ayamnya lembut dan empuk, sepertinya menggunakan daging ayam kampung. Dimasak bersamaan dengan potongan jamur hioko dan tong cai (sejenis asinan sawi). Nasinya lembut dan pulen. Disiram dengan kuah kental, rasanya jadi lebih lembut lagi. Saat saya tanyakan kepada penjualnya, Ko Ango menjawab bahwa kuah kental bening ini terbuat dari kaldu ayam yang dikentalkan. Rasanya asin gurih. Jika ingin tambahan rasa manis, tambahkan saja sambal acarnya, rasanya manis dan lumayan pedas. Sebagai pendamping, terdapat kuah bening dengan tambahan sayur sawi putih yang sudah direbus hingga lunak.
Agaknya saya setuju jika nasi tim A Ngo bisa dikatakan sebagai salah satu nasi tim terenak. Secara penampilan, nasi tim A Ngo memang biasa saja; tapi jangan hanya menilai dari penampilan. Nasinya lembut, ayamnya pun pas empuk. Rasanya gurih, tidak dominan asin maupun dominan manis.
Sepiring nasi tim A Ngo dijual seharga Rp22.000. Kata Ko A Ngo, ia hanya berjualan di hari Sabtu, Minggu, dan hari besar saja. "Gua kan udah tua, uda punya duit juga, hari biasa mau senang-senang aja." ucapnya sambil tertawa. A Ngo memang ramah dan senang bercanda. "Lu entar kalau uda punya bini, mesti tetap utamain emak lu. Gak ada mantan mama di dunia ini, tapi mantan istri ada. Istri pergi, cari aja yang baru." Seloroh A Ngo sambil mengajarkan saya pentingnya berbakti kepada orang tua.
Jadi, jika ingin mencoba nasi tim yang direkomendasikan oleh Pak Bondan sebagai nasi tim terenak, silakan datang di hari Sabtu/Minggu pagi dengan membawa uang Rp22.000, sebelum jam 10. Dijamin tidak menyesal.
Nasi Tim Ango
Jl. Pintu Besar Selatan III, Jakarta Barat
05.00 – 10.00 WIB
(hanya berjualan di hari Sabtu, Minggu, dan hari besar)
Komentar
Posting Komentar